Minggu, 29 November 2015

PARA IMAM ASWAJA ASY'ARI DAN JASANYA TERHADAP UMAT ISLAM ( M.A.V~313 )

Al-Hafizh Ibnu Hibban Al-Basti (meninggal tahun 354 H.), pemilik kitab Ash-Shahih, Ats-Tsiqat, dan lainnya. Ia adalah seorang imam yang kuat, teladan, imam di masanya, dan terdepan di zamannya.

• Al-Imam Al-Hafizh Abu Hasan Ad-Daruquthni (meninggal tahun 385 H.), pemilik kitab As-Sunan, imam di masanya, ia tidak melihat seorang pun sepertinya, kisahnya bersama imam Al-Baqilani sudah cukup menegaskan bahwa ia mengikuti madzhab Asy’ari. (Baca; Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 255, As-Siyar, XVII/558 di dalam biografi Al-Hafizh Abu Dzar Al-Harawi, Tadzkiratul Huffazh, III/1104).

• Al-Hafizh Hakim An-Naisaburi (meninggal tahun 405 H.), pemilik kitab Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, imam ahli hadits di masanya, ia terlalu terkenal untuk diperkenalkan, ulama menyepakati bahwa ia termasuk salah satu imam paling berilmu yang dengan mereka Allah menjaga agama, Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebutnya dalam tingkatan kedua, artinya ia termasuk pengikut dari murid-murid Imam Al-Asy’ari (Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 227).

• Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Ashbahani (meninggal tahun 430 H.), pemilik kitab Hulyatul Awliya`, termasuk tingkatan kedua di antara para pengikut Asy’ari, dengan kata lain ia termasuk dalam tingkatan imam Al-Baqilani, Abu Ishaq Al-Isfirayini, Hakim, dan Ibnu Faurak. Semoga Allah merahmati mereka semua.( Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 246, Ath-Thabaqat Al-Kubra, Tajuddin As-Subki, III/370).

• Al-Imam Al-Hafizh Abu Bakar Al-Baihaqi (meninggal tahun 458 H.), memiliki sejumlah karya tulis yang reputasinya menyebar ke berbagai penjuru dunia, ia juga memiliki buku-buku yang diterima kalangan pendukung maupun penentang.

• Al-Imam Al-Hafizh Khatib Al-Baghdadi (meninggal tahun 463 H.), disebut Al-Hafizh Ibnu Asakir di urutan pertama tingkatan keempat (Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 268).

• Imam Haramain Al-Juwaini (meninggal tahun 478 H.), pemilik Nihayatul Mathlab fil Fiqh Asy-Syafi'i dan Al-Waraqat wal Burhan fi Ushulil Fiqh.

• Hujjatul Islam Al-Ghazali (meninggal tahun 505 H.), pemilik Al-Ihya` wal Wasith fil Fiqh.

• Al-Imam Al-Mufassir, Al-Hafizh Abu Muhammad Al-Baghawi (meninggal tahun 516 H.), sosok yang menghidupkan sunnah, pemilik kitab Syarhus Sunnah, dan kitab tafsirnya penuh dengan penjelasan yang menunjukkan akidah ahlussunnah, juga penuh dengan penakwilan sunni untuk nash-nash mutasyabih.

• Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Asakir (meninggal tahun 571 H.), pemilik kitab Tarikh Dimasyq yang menyebutkan peristiwa apa saja.

• Syaikhul Islam Al-Imam Al-Hafizh Abu Amr bin Shalah (meninggal tahun 643 H.), orang pertama yang memimpin para syaikh Darul Hadits Al-Asyrafiyyah yang sebelumnya hanya dipimpin Asy’ari.

• Al-Imam Izzuddin bin Abdussalam (meninggal tahun 660 H.), sultan ulama, penjual para amir, pemilik Al-Qawa’id Ash-Shughra dan Al-Qawa’id Al-Kubra.

• Al-Imam Al-Mufassir Al-Muhaddits Al-Allamah Al-Qurthubi (meninggal tahun 671 H.), pemilik Tafsirul Jami’ li Ahkamil Qur`an, tafsirnya menyebar kemana-mana, dalam tafsirnya ia menyebutkan seluruh madzhab salaf, Ad-Dawudi berkata tentang Al-Qurthubi dalam Ath-Thabaqat, “Tafsir Al-Qurthubi termasuk tafsir paling agung dan paling besar manfaatnya.”

• Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi Muhyiddin (meninggal tahun 676 H.), pemilik karya-karya bermanfaat yang ditakdirkan diterima di bumi, seperti Riyadhush Shalihin, Al-Adzkar, Syarh Shahih Muslim, dan lainnya.

• Al-Imam Al-Hafizh Al-Mufassir Abu Fida` Ismail bin Katsir (meninggal tahun 774 H.), pemilik At-Tafsir Al-Azhim, Al-Bidayah wan Nihayah, dan lainnya, dinukil darinya bahwa ia secara tegas menyatakan dirinya orang Asy’ari, seperti disebutkan dalam Ad-Durar Al-Kaminah (I/58) dan Ad-Daris fi Tarikhil Madaris, An-Nu’aimi (II/89), ditambah lagi ia memimpin para syaikh Darul Hadits Al-Asyrafiyyah yang sebelumnya hanya dipimpin Asy’ari, selain itu di dalam tafsirnya terdapat tanzih, taqdis (Me maha sucikan Allah dari persamaan dengan makhluk), dan bantahan keras terhadap siapa yang menyatakan zhahir ayat-ayat mutasyabih, seperti tertera dalam penafsiran firman Allah, “Lalu ia bersemayam di atas Arsy.” (Tafsir Ibnu Katsir, II/220), dan masih banyak lagi contoh-contoh nyata dan jelas yang menunjukkan bahwa ia termasuk ahlussunnah Asya’irah.

• Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (meninggal tahun 852 H.), Amirul Mukminin di bidang hadits, pemilik Fathul Bary, syarah kitab Shahih Muslim terbesar, pemilik Tahdzibut Tahdzib, Nukhbatul Fikr dan syarahnya, Nuzhatun Nazhar.

• Al-Imam Al-Hafizh Syamsuddin As-Sakhawi (meninggal tahun 902 H.).

• Al-Imam Al-Hafizh Al-Mufassir Jalaluddin As-Suyuthi (meninggal tahun 911 H.), pemilik Ad-Durr Al-Mantsur fit Tafsir bil Ma`tsur dan Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur`an.

• Al-Imam Al-Mufassir Abu Tsana` Syihabuddin Al-Alusi Al-Husaini Al-Hasani (meninggal tahun 1270 H.), penutup para ahli tafsir dan ahli hadits terbaik seperti yang dikatakan syaikh Bahjatul Baithar. Ia juga berkata tentang Al-Alusi (Hulyatul Basyar, III/1450), “Ia salah satu yang terbaik di antara segelintir orang di dunia, menuturkan kebenaran, tidak pernah menyimpang dari kejujuran, berpegang teguh pada sunnah, dan menjauhi fitnah.”

Lalu apa jasa salafi wahabi pada umat ini selain mengkafirkan umat Islam, pengeboman orang yang tak berdosa, membongkar kubur pala Wali, dan mengklaim pemegang otoritas tunggal untuk memasukkan orang kedalam neraka.

Rabu, 25 November 2015

BAGAIMANA NABI SAW BERJABAT TANGAN ( M.A.V~313 )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, "Bahwa tidak pernah tangan Rasulullah SAW dipegang oleh seseorang lantas beliau melepaskan tangan beliau sampai orang itu sendiri yang melepaskannya. Kedua lutut beliau – atau lutut beliau – pun tidak pernah terlihat lebih menonjol dari lutut orang yang duduk dengan beliau. Dan tidaklah seseorang berjabat tangan dengan beliau melainkan beliau menghadapkan wajah beliau kepada orang itu dengan sepenuhnya, kemudian beliau tidak akan memalingkan wajah beliau darinya sampai orang itu selesai berbicara."
H.R ath-Thabari dan al-Bazzar.

Sering terjadi dimasyarakat kita, jika mereka berjabat tangan mereka tidak saling menghadap, terkadang pelakunya adalah para agamawan. Seperti guru terhadap santri, mursyid terhadap jama'ahnya, bos terhadap pegawainya dll.

Kalau mereka merasa bahwa dirinya lebih mulia dari orang yang ingin berjabat tangan dengannya hendaknya ia mengingat bahwa kemulian Rasulullah SAW tidak bisa dibandingkan dgn kemuliaan manusia manapun.
Namun Nabi tetap menjaga akhlaq yang baik tidak pernah menyinggung perasaan siapa pun.

Tataplah wajah orang yang berjabat tangan pada kita, belajarlah tersenyum untuk menyenangkan hati Rasulullah karena kita menghargai umat-nya.

صلوا على رسول الله

Kamis, 12 November 2015

MENGKAFIRKAN MUSLIM DIPICU OLEH SIFAT SOMBONG, KAGUM PADA DIRI SENDIRI & MEREMEHKAN ORANG LAIN (M.A.V~313)

Dinukil dari Kitab at-Tahdzir karya Al-Muhaddits al-'Allamah as-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki R.A.

Di antara fenomena mencolok yang menjadi ciri khas kalangan yang suka mengkafirkan kaum muslimin, atau dengan istilah lain; mereka yang terburu-buru mengkafirkan siapapun yang tidak sependapat atau menentang pandangan dan keyakinan mereka adalah sifat kagum pada diri dan amalan sendiri.

Sifat ini merupakan sifat awal makhluk paling keji yang dilarang dan diingatkan oleh Islam. Itulah sifat sombong yang menjadi ciri khas makhluk kafir pertama (Iblis), karena menganggap diri lebih baik dari Adam dan kagum dengan amalan sendiri. Iblis memiliki andil besar dan usaha keras tiada henti dalam sifat ini.

Imam Qurthubi menjelaskan, pada mulanya Iblis berada di surga. Ia adalah pemimpin malaikat-malaikat di langit paling bawah. Iblis berkuasa di langit ini, dan juga di bumi. Iblis sangat rajin dan banyak ilmu. Ia memimpin semua yang ada di antara langit dan bumi. Inilah yang pada akhirnya membuat Iblis menganggap dirinya mulia dan terhormat, hingga pada akhirnya menyeret dalam kekafiran. Iblis akhirnya durhaka kepada Allah Swt., hingga Allah Swt. merubahnya menjadi setan yang terkutuk.

Dosa yang disebabkan sifat sombong sulit diharapkan bisa bertaubat, sementara dosa yang disebabkan kemaksiatan bisa diharapkan bertaubat. Dosa Adam adalah kemaksiatan, sementara dosa Iblis adalah kesombongan.

Sifat kagum pada diri sendiri inilah yang menyeret Iblis beranggapan lalu mengucapkan, “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api.” (QS. Al-A’râf [7]: 12) Menyeret Iblis menghina dan merendahkan Adam, Iblis berkata, “Sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’râf [7]: 12)

Iblis pun bersikap tinggi hati dan termasuk golongan kafir, seperti yang Allah Swt. sampaikan, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam.’ Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 34)

BERSATU DENGAN WAHABI APA YANG AKAN TERJADI ?!!! ( M.A.V 313 )

Bersatu Dengan Wahabi Apa Yang Akan Terjadi ?!!!

Mari Kita Coba Rerungkan Bersama..
Ajakan Bersatu Oleh Wahabi Melawan Syi'ah Itu Apakah Menyelamatkan Islam Dan Itu Artinya Menguntungkan  Aswaja !!

Wahabi Salafi Ekstrim Ini Menilai Asy'ari Shufi
Adalah Adalah Kafir Seperti Syi'ah.
Oleh Karenanya Mereka Menuduh Siapapun
Yg Melawan Salafi Wahabi Adalah Syi'ah.

ASAWAJA Adalah Musuh Yg Tertunda Bagi Salafi Wahabi.
Para Habaib Dan Kyai Yg Getol Melawan Syi'ah Tidak Akan Di-Anggap Benar Jika Tidak Menjadi Salafi Wahabi..

Bukti Kitab Karya Wahabi, Betapa Mereka Memvonis Asy'ari (Aswaja )  Sama Dengan Syi'ah.

Semoga Kita Bisa Lebih Berhati - Hati Jangan Sampai Kita Dimanfaatkan Sekarang Dan Ditikam Dikemudian Hari.


Berkorbanlah Untuk Ahlussunnah Wal Jamaa’ah
Sebelum Kalian Menjadi Korban
Musuh – Musuh Ahlussunnah Wal Jamaa’ah…!!!

Rabu, 11 November 2015

BENARKAH MENJADI AHLUSUNNAH HARUS BERFAHAM EKSTREM WAHABI ??? !!!! (Abu Hasan~313)

Abdul Wahhab Bin AbdurRahman Bin Rustum tahun 211.H dialah pemimpin wahabi menurut salafi wahabi, jadi menuduh pengikut Muh bin Abdul Wahhab orang Najd itu sebagai wahabi adalah salah sasaran. 

Penamaan wahabi saja tidak benar karena yang benar seharusnya Muhammadi bukan wahabi, karena menisbahkan pada ayah-nya AbdulWahhab. Begitu kurang lebih argument wahabi untuk melepas diri dari label wahabi, mereka punya banyak nama lain yaitu salafi, ahlul hadits, anshor tauhid dan Ahlusunnah itu nama yang mereka inginkan agar faham ini terlihat menarik.

Dalam bahasa Arab penamaan wahabi utk pengikut Muh bin AbdulWahhab itu sah dan benar, menisbahkan seorang pada ayah dan kakek itu dibenarkan dlm bahasa arab, sebagai contoh pengikut Muhammad bin Idris as-Syafi'i adalah Syafi'i. Pengikut Imam Ahmad Bin Hanbal adalah Hanbali dst.

Jadi jangan sewot dong kalau pengikut Muh bin AbdulWahhab disebut wahabi?
Benarkah ulama Ahlusunnah tidak menamakan mereka sebagai wahabi ? Dan Syi'ah lah yang memberi nama itu?

Jawab : Para ulama Aswaja seperti Imam Ahmad Zaini Dahlan yang tinggal di Makkah, Imam Shawi, Imam Ibnu Abidin, Imam al-Kautsari, Imam Muhammad Zaki Ibrahim dll mereka 100% Ahlusunnah wal Jama'ah Asya'ri mereka bukan syi'ah bahkan mereka juga melawan syi'ah dalam banyak karya tulisnya.
Nah mereka pula yang menyebut istilah wahabi terhadap pengikut Muh bin AbdulWahhab an-Najdi. 

Menuduh yg me-labelkan wahabi adalah syi'ah itu cara wahabi agar dapat menuduh semua yang menentang wahabi adalah syi'ah. Maka mereka membentuk opini di masyarakat bahwa para habaib dan kyai yang menentang wahabi adalah syi'ah, agar mereka leluasa menyerang dan mendapat dukungan. 

Bohong besar jika wahabi menganggap kita aswaja adalah Ahlusunnah! Jangankan para habaib dan kyai, sekelas Iman al-muhaddits al-hafidz Nawawi dan Ibnu Hajar pun mereka ragukan bahwa mereka Ahlusunnah. 

Silahkan baca karya Pak Ustaimin yang berjudul (لقاء الباب المفتوح)
Liqo' al-bab al-maftuh hal 42/43," bahwa Nawawi dan Ibnu Hajar Ahlusunnah dalam masalah fiqih saja, adapun dari sisi bid'ah (terkait asma wa shifat) maka mereka berdua bukan Ahlusunnah secara mutlak. 
Dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini dari para syekh wahabi salafi.

Lantas siapa Ahlusunnah, kalau bukan para Imam aswaja? 
Setelah nama salaf mereka rampas dari aswaja, sekarang mereka ambil paksa nama Ahlusunnah, ingat Ahlusunnah yang wahabi salafi maksud bukan Ahlusunnah yang diikuti oleh para Imam Aswaja seperti Imam Nawawi dan Ibnu Hajar as-Shuyuthi,
Imam Baihaqi dan Imam Subki. Namun Ahlusunnah yang sesuai selera wahabi salafi. 

Dan akhirnya untuk mengaku Islam pun kita harus lapor pada wahabi salafi, karena mereka lah yang memiliki legalisir pengesahan Islam dan Iman seseorang.
Coba baca kitab (نواقض الاسلام )nawaqidh al-islam, hal2 yang membatalkan Islam seseorang. Serta Kasyfu asy-Syubuhat karya Muh bin AbdulWahhab, dengan buku panduan ini disimpulkan, tidak ada seoarang muslim di muka bumi ini kecuali wahabi salafi. Tak ada yang berhak masuk surga kecuali wahabi salafi. 

BERNILAI 300,000 SHOLAWAT HANYA DENGAN 3 KALI MEMBACA NYA



Diriwayatkan bahwa Sulthon Mahmud Al Ghornawiy, Beliau di awal pemerintahannya duduk setelah sholat shubuh sibuk membaca sholawat kepada Nabi Muhammad saw sebanyak 300.000 kali sampai siang hari sampai orang-orang (rakyatnya) duduk di pintu, menunggu keluarnya (Sulthon Mahmud) untuk menyelesaikan hajatnya setelah keadaan ini berlangsung lama, maka beliau melihat Nabi Muhammad saw di dalam tidurnya Nabi mengatakan kepadanya, “Apa ini penjagaan waktu sehingga rakyatmu telah menunggu keluarnya kamu”. Maka Sulthon menjawab duduk menghabiskan waktu lama karena saya bersholawat kepadamu dalam jumlah tertentu (300.000 kali) dan saya tidak berdiri sebelum selesai. Maka Nabi Muhammad saw mengatakan kepadanya, “Ini menyusahkan orang lemah (rakyatmu) dan yang punya hajat, akan tetapi saya (Nabi) akan mengajarkan kepadamu sholawat yang ringkas, yang mana apabila kamu membacanya satu kali sebanding dengan 100.000 kali, jadi kamu tinggal membaca 3 kali saja sudah sebanding dengan 300.000 kali. Setelah itu kamu keluar menemui rakyatmu untuk menyelesaikan urusan-urusan mereka sehingga kamu mendapat pahala sholawat 300.000 kali dan mendapat pahala memberi manfaat kepada orang muslimin. Maka dia pun (Sulthon Mahmud) mempelajari sholawat itu dari Nabi Muhammad saw lalu ia mengamalkannya secara rutin. Setelah itu ia melihat Nabi Muhammad saw lagi yang kedua kalinya dan Nabi Muhammad saw mengatakan kepadanya, “Amalan apa yang kamu amalkan sehingga kamu melelahkan malaikat di dalam mencatat pahala amalanmu”. Maka beliau menjawab, saya tidak mengamalkan sesuatu kecuali sholawat yang engkau ajarkan kepadaku.
بسم الله الرحمن الرحيم
وروى أن السلطان محمود الغرنوى كان فى أول عمره وأمره يقعدبعد صلاة الفجر يشتغل بالصلاة على النبى صلى الله عليه و سلم ويصلى ثلاثمائة الف صلاة حتى يرتفع النهار ويقعد الناس على بابه ينتظرون خروجه ويشق عليهم الإنتظار القضاء الحاجات وفصل الخصومات ونظام مصالح العباد فلمّا كثر  ذلك منه رأى النبى صلى الله عليه وسلم فى المنام يقول له  ما هذا التطويل الذى تطوله على الناس يضجر الضعفاء وذووالحاجات من القعود على بابك الإتظار فقال إنما أقعدلأنى أصلى عليك صلاة معاومة ولا أقوم حتى أفرغ منها فقال إن هذا  يشقّ على الضعفاء وأول الحاجات ولكن أعلمك صلاة مختصرة كلّ واحدة منها بمائة ألف تقرؤها ثلاث مرات فتلك ثلاثمائة ألف ثم تخرج لمصالح المسلمين فيحصل أجر تلك الصلوات وأجر نفع المسلمين  والمساعدة فى قضاء حوابُحهم فتعلمها وواظب عليها مدّة  ثم رأى النبى صلى الله عليه وسلم فى المنام وهو يقول له ماذا فعلت حتى أتعبت الملائكة فى كتابة ثوابك قال ما عملت شيئا إلا صلاة التى علمتنا إياها وهى هذا:

Berikut sholawat nya :

بسم الله الرحمن الرحيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ رَحْمَةِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ فَضْلِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ خَلْقِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ مَا فِي عِلْمِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ كَلِمَاتِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ كَرَمِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ حُرُوفِ كَلَامِ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ قِطْرِ الْأَمْطَارِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ وَرَقِ الْأَشْجَارِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ رَمْلِ الْقِفَارِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ الحُبُوْبِ وَ الثِّمَارِ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ مَا أَظْلَمَ عَلَيْهِ اللَّيْلُ وَ أَشْرَقَ عَلَيْهِ النَّهَارُ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ أَنْفَاسِ الْخَلَائِقِ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ نُجُوْمِ السَّمَاوَاتِ
اللهمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ بِعدَدِ كُلِّ شَيْئٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَصَلَوَاتُ اللهِ تَعَالَى وَ مَلَائِكَتِهِ وَ أَنْبِيَائِهِ وَ رَسُلِهِ وَ جَمِيْعِ خَلْقِهِ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ اِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَ قَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ وَ شَفِيْعِ  الْمُذْنِبِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ  وَ أَزْوَاجِهِ وَ ذُرِّيَّتِهِ وَ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ الْأَئِمَّةِ الْمَاضِيْنَ وَ الْمَشَا يِخِ الْمُتَقَدِّمِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّلِحِيْنَ وَ اَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ مِنْ اَهْلِ السَّمَاوَاتِ وَ اَهْلِ الْأَرْضِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ يَا اَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Sumber: Kitab Al-Qirtos fi Manaqib Al-Attas

Sabtu, 07 November 2015

MENGAPA SAYYIDINA UMAR BERTAWASSUL PADA SAYYIDINA ABBAS? M.A.V~313

MENGAPA SAYYIDINA UMAR BERTAWASSUL PADA SAYYIDINA ABBAS?
Oleh Al-‘Alim Al-Faqih Al-Muhaddits, Syaikh Muhammad Zahid Al-Kautsari
M.A.V~313
 
 
Al-Bukhari dalam kitab istisqa`. Ia menyatakan dalam kitab shahihnya; Dari Anas, bahwa ketika orang-orang tertimpa kemarau, Umar bin Khaththab meminta hujan dengan perantara Abbas bin Abdul Muththallib, lalu berkata, “Ya Allah! Dulu kami bertawasul kepada-Mu dengan perantara nabi kami, lalu Engkau memberi kami hujan, dan (saat ini) kami bertawasul kepada-Mu dengan paman nabi kami, maka berilah kami hujan.’ Anas berkata, ‘Mereka diberi hujan’.”

Klaim adanya mudhaf yang dibuang (yaitu dengan doa paman nabi kami)  adalah klaim semata tanpa hujah, seperti halnya anggapan beralihnya Umar kepada Abbas –karena Nabi saw sudah meninggal dunia- merupakan kebohongan terhadap Umar yang sama sekali tidak pernah terlintas di benak.

 Bahkan, hadits ini membolehkan bertawasul kepada orang yang derajatnya lebih rendah meski adanya orang yang derajatnya lebih tinggi. Bahkan bertawasul dengan kata-kata, “Dengan paman nabi kami,” adalah tawasul dengan kekerabatan Abbas dengan Nabi SAW dan dengan kedudukan Abbas di mata beliau. Dengan demikian, bertawasul dengan Abbas sama seperti bertawasul dengan Nabi SAW juga.

Kata, “Dulu, kami,” tidak khusus untuk masa hidup Nabi saw saja, tapi mencakup juga masa sepeninggal beliau hingga tahun terjadinya paceklik. Pembatasan dalam hal ini pembatasan tanpa pembatas.

Ibnu Umar menirukan bait-bait syair milik Abu Thalib, “Si putih, awan dimintai hujan dengan wasilah wajahnya,” seperti disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari. Bahkan diriwayatkan, Rasulullah saw meminta bait syair ini disenandungkan, seperti disebutkan dalam Fathul Bâry.

Disebutkan dalam bait syair Hassan;
 lalu awan menurunkan hujan dengan perantara wajah Abbas, seperti di sebutkan dalam Al-Isti'ab.

Catatan:
Tawasul adalah masyru' (dianjurkan) menurut keyakinan Ahlusunnah, mengingat banyaknya dalil maka tidak lah pantas seorang menyamakan tawasul dengan syirik. 
Metode wahabi salafi dalam berdiskusi bukan lah metode yg populer dikalangan para ulama. Menghakimi men-vonis lalu dicarikan dalil utk melegalkan fatwa mereka dan tidak mau menerima pendapat orang lain. 

Berbeda dengan metode  para ulama Ahlusunnah yaitu membawakan dalil,  menyertakan pendapat para pakar dibidangnya, dari ilmu tafsir dan hadis lalu pendapat fuqaha baru lah mengambil kesimpulan. Itu pun mereka selalu mau menerima perbedaan orang lain.‎

OPTIMIS MEMBELA AQIDAH TANPA DANA (M.A.V~313)

Mayoritas ulama Aswaja sepakat tentang kesesatan syi'ah, mengingat sekte ini sudah lama menyebarkan pahamnya, sehingga kita dapat mengetahui dari buku rujukan mereka seperti al-Kafi dll,  betapa mereka mengkafirkan dan membenci para sahabat yang sangat dimuliakan oleh mayoritas muslimin.

Meragukan keontetikan alquran, menuduh istri-istri nabi dengan keji, bahkan mengkafirkan seluruh Ahlusunnah. Begitu aqidah mereka dapat kita baca dari kitab2 referensi syi'ah juga  diperkuat oleh ceramah imam-imam mereka yang memenuhi sosmed. 

Beberapa tahun yang lalu aswaja masih berdebat tentang kesesatan syi'ah, karena para ulama ada yang tegas dan lunak mengambil kesimpulan tentang syi'ah, tergantung banyaknya informasi yg didapat tentang aqidah syi'ah.

Nah seperti itu pula aswaja akan memberi kesimpulan pada wahabi salafi,  yang mana usia mereka lebih belia dibanding syi'ah. Simpang siur yang ada insya-Allah tidak akan berlangsung lama, mengingat wahabi salafi lebih vulgar menerangkan aqidahnya,  ditambah banyaknya da'i-da'i muda yang sangat bersemangat mengkafirkan aswaja, bisa kita saksikan di media masa milik neo khawarij, seperti TV/RADIO RODJA, YUFID, FAJRI dll. 

Terkadang kita merasa heran betapa kelompok minoritas ini bebas mencaci, mensyirikkan dan bahkan mengkafirkan para ulama aswaja secara terang-terangan. Dan kita masih saja memperdebatkan kesesatan kelompok ini, masih menggolongkan mereka dalam aswaja.

Dengan berjalannya waktu, semakin banyak kita membaca dan mendapat informasi tentang wahabi salafi, betapa mereka memposisikan aswaja asy'ari shufi sebagai aliran sesat yang harus ditumpas sampai keakar2nya, maka kita akan cepat memahami bahwa dimata wahabi salafi tidak ada beda antara syi'ah dan aswaja. 
 Begitu pun dimata syiah aswaja dan wahabi salafi adalah sesat karena sama-sama menjadikan sahabat sebagai panutannya.

Berkoalisi dengan syiah untuk membendung wahabi atau berkoalisi dengan wahabi salafi untuk membendung syiah adalah kerugian yang nyata untuk aswaja. 
Aswaja harus selalu optimis bahwa perjuangan ini tidak semata2 akan dimenangkan oleh banyaknya dukungan dana. Buang jauh cara berpikir materialis yang selalu mengaitkan kesuksesan perjuangan hanya tergantung kekuatan fulus.

Walau pun wahabi punya Saudi dan syi'ah punya Iran serta JiL dan JiN punya donatur barat, besarkan hati kita bahwa apa yang kita perjuangkan ini adalah hak.
 Allah, Rasulullah, Ahlulbait, sahabat dan salaf akan meridhoi perjuangan tanpa pamrih materi ini insya-Allah.

PESAN NABI SAW UNTUK PENGANTIN BARU DAN LAMA (M.A.V~313)

Rasulullah SAW menyampaikan wasiat terkait wanita hingga berulang-ulang dan menganjurkan agar kekeliruan-kekeliruan wanita dimaafkan, karena kelemahan adalah hal yang fundamental pada dirinya. Siapa yang menghendaki kesempurnaan dari wanita, maka sesungguhnya dia menuntut hal yang mustahil, mengarungi alam khayalan, dan menyia-nyiakan tenaga dan pikirannya, dan mengarahkan kehidupannya dalam kesulitan. 

Hendaknya berlaku bijak, elegan, dan pengertian terhadap berbagai kekeliruan selama tidak melanggar ketentuannya. Hendaknya penyimpangannya diabaikan dan kekhilafannya ditolerir, lantas sikapilah dengan bijak serta nasihat yang baik. 

Hendaknya dia dibimbing sesuai dengan tuntutan keadilan dan kebajikan tanpa melanggar suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Suami juga harus membentengi diri dalam menyertainya di setiap keadaan dengan benteng kesabaran dan kelapangan dada.

Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, tunaikan wasiat kebaikan kepada kaum wanita. Sesungguhnya mereka adalah tawanan pada kalian. Kalian tidak berwenang terhadap mereka sedikit pun selain itu kecuali bila mereka melakukan perbuatan yang keji dengan nyata. Jika mereka melakukan, maka lakukanlah pisah ranjang dengan mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak mencederai. 

Jika mereka patuh kepada kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah, sesungguhnya kalian memiliki hak yang harus mereka tunaikan, dan istri-istri kalian pun memiliki hak yang harus kalian tunaikan. Adapun hak kalian yang harus ditunaikan oleh istri-istri kalian adalah; mereka tidak boleh memasukkan ke dalam ruang tidur kalian orang yang tidak kalian sukai, dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kalian sukai berada di dalam rumah kalian. 

Ketahuilah, hak mereka yang harus kalian tunaikan adalah kalian harus memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya terkait pakaian dan makanan mereka."
HR Tirmidzi.

BETAPA BESAR KASIH SAYANG ALLAH DAN RASULULLAH? (M.A.V~313)

Dari Amir ar-Rami RA berkata,"
Ketika kami berada di sisi beliau, tiba-tiba datang kepada beliau seorang laki-laki dengan membawa pakaian dan di tangannya terdapat sesuatu yang dia balut. Dia berkata; wahai Rasulullah, ketika aku melihatmu maka aku segera menemuimu.

 Aku melewati pohon yang rimbun, lalu aku mendengar ada suara anak-anak burung di dalamnya. Aku pun mengambil anak-anak burung itu dan meletakkannya di pakaianku. Lantas datang induknya dan berputar-putar di atas kepalaku. Aku segera membuka anak-anak burung itu baginya. Induk itu pun hingga dan bersama mereka. Lalu aku membungkus semuanya dengan pakaianku. Sekarang burung-burung itu bersamaku. Beliau bersabda, "Letakkan mereka hingga terbebas darimu." Aku pun meletakkan mereka, namun induk mereka tidak mau pergi dan hanya menyertai anak-anaknya.

 Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabat beliau, "Apakah kalian kagum terhadap kasih sayang induk burung itu kepada anak-anaknya?" Mereka menjawab; ya, wahai Rasulullah SAW! Beliau bersabda, "Demi yang mengutusku dengan kebenaran, Allah benar-benar lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dari pada induk burung terhadap anak-anaknya. 

Bawa kembali mereka hingga kamu meletakkan lagi ke tempat semula saat kamu mengambil mereka dengan induk mereka bersama mereka." Orang itu pun mengembalikan mereka ke tempat semula.

Catatan:
Segala perintah dan larangan dalam agama adalah bentuk kasih sayang Allah dan Rasulullah pada kita semua,  memilah-milah hukum Allah adalah kebodohon seorang karena minimnya iman terhadap perintah agama, apa pun alasannya.
PESAN NABI SAW UNTUK PENGANTIN BARU DAN LAMA

KLASIFIKASI TAUHID CIKAL BAKAL TAKFIRI !! YUK PERIKSA BUKU AQIDAH ANAK-ANAK KITA. (M.A.V ~313)

Pembagian tauhid menjadi tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan asma` wa shifat tidak dikenal oleh siapapun sebelum Ibnu Taimiyah, Rasulullah SAW tidak pernah menyampaikan orang yang masuk islam, “Ada dua tauhid, kau tidak sah sebagai muslim hingga mengakui tauhid uluhiyah.” Rasulullah SAW juga tidak mengisyaratkan hal seperti ini meski dengan satu kata pun. Tidak juga dinukil dari seorang salaf pun, tidak juga diisyaratkan oleh seorang imam pun yang menjadi panutan hingga Ibnu Taimiyah muncul di abad VII Hijriyah yang menegaskan klasifikasi tauhid tersebut.

Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam Minhaj As-Sunnah seraya membahas mayoritas kaum muslimin dan ulama ilmu kalam seperti kalangan pengikut Asy’ari dan lainnya;
Mereka menyimpangkan tauhid dari posisi semestinya seperti tauhid uluhiyah dan hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Mereka hanya mengenal tauhid rububiyah saja yang merupakan pengakuan akan Allah SWT sebagai Pencipta dan Rabb segala sesuatu.

Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan dalam Kasyf Asy-Syubuhat, Muhammad SAW rasul terakhir, ia menghancurkan patung-patung orang shalih, diutus Allah SWT untuk kaum agar beribadah, menunaikan haji, bersedekah dan banyak mengingat Allah SWT, namun mereka menjadikan sebagian makhluk sebagai perantara antara mereka dengan Allah SWT dengan menyatakan, “Kami ingin dekat dengan Allah SWT melalui perantara-perantara itu, kami menginginkan syafaat mereka di sisi-Nya,” seperti malaikat, Isa, Maryam dan orang-orang shalih lainnya.

Tanggapan kami;
Mungkinkah Rasulullah SAW diam terhadap masalah besar seperti ini? Seperti itu juga para imam hingga abad VII Hijriyah? Ataukah mereka yang berada di abad tersebut bukan termasuk golongan ahlussunnah wal jamaah? Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti klasifikasi tauhid di atas?!

Klasifikasi tersebut adalah cara golongan wahabi salafi untuk melegalkan pengkafirkan terhadap semua muslimin.
Cobalah periksa buku pelajaran aqidah anak-anak kita, jika mereka belajar tauhid bid'ah-nya Ibnu Taimiyah dan Muh bin AbdudulWahhab dgn membagi tauhid menjadi rububiyah dan uluhiyah maka bersiaplah mempunyai anak yang ekstrim tidak toleransi, dan mudah menyalahkan serta mengkafirkan muslimin.

Senin, 02 November 2015

PECI HITAM SERBAN DAN IMAMAH DAN ANEKA PERNIK SERBA HITAM ORANG NERAKA MENURUT AJARAN DAN KITAB PARA IMAM SYI'AH PENCIPTA HADIST..!!!!

 ADA SEBUAH PRTANYAAAN MENGGELITIK DI BENAK KITA BILA DIKATAKAN PECI HITAM, SERBAN & IMAMAH DAN ANEKA PERNIK PAKAIAN SERBA HITAM  ITU PAKAIAN ORANG NERAKA MENURUT AJARAN DAN KITAB PARA IMAM SYI'AH 
PENCIPTA HADIST..!!!!

LALU MEREKA YANG SAAT INI MENGGANDRUNGI 
PAKAIAN SERBA HITAM ITU  IKUT SIAPA ?!!!!

( M.A.V-313 )



Dalam Al-Kâfi, Al-Kulaini meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad secara marfu’ dari Abu Abdullah, ia berkata, “Warna hitam terlarang digunakan kecuali untuk tiga benda; sepatu, surban dan pakaian.”

Juga diriwayatkan dari Abu Abdullah secara marfu’ dalam kitab berjudul Az-Ziyy dari Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, beliau melarang warna hitam kecuali untuk tiga benda; sepatu, pakaian, dan surban.

Al-Hurr Al-‘Amiliki dalam Al-Wasâ`il meriwayatkan dari Ash-Shadduq dari Muhammad bin Sulaiman secara mursal, dari Abu Abdullah, ia berkata, “Aku bertanya padanya, ‘Bolehkah saya shalat mengenakan peci hitam?’ ia menjawab, ‘Jangan shalat mengenakan peci hitam, karena itu pakaian penghuni neraka’.”

Disebutkan dalam ‘Uyun Al-Akhbâr berdasarkan penjelasan dalam Al-Hadâ`iq An-Nadhirah, setelah menukil riwayat dengan sanad lain dari Ali bin Abi Thalib ra. dari Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, dinukil dari Mushannaf, bahwa pakaian musuh-musuh Allah SWT adalah pakaian hitam, makanan musuh-musuh Allah SWT adalah anggur kering, minuman yang memabukkan, buah Tin, ikan yang berenang di air dan ikan yang muncul di permukaan air, juga ikan dan hewan lain yang tidak diperjualbelikan, Demikian dinukil secara ringkas.

Setelah disebutkan banyak sekali riwayat yang menyebut para imam mereka mencela pakaian hitam karena itu adalah pakaian musuh-musuh Syi’ah, lantas kenapa Syi’ah sendiri mengenakan dan mengagungkan pakaian hitam, bahkan mereka anggap sebagai baju kebesaran?!

http://images.tempo.co/?id=40220&width=475