Minggu, 29 November 2015

PARA IMAM ASWAJA ASY'ARI DAN JASANYA TERHADAP UMAT ISLAM ( M.A.V~313 )

Al-Hafizh Ibnu Hibban Al-Basti (meninggal tahun 354 H.), pemilik kitab Ash-Shahih, Ats-Tsiqat, dan lainnya. Ia adalah seorang imam yang kuat, teladan, imam di masanya, dan terdepan di zamannya.

• Al-Imam Al-Hafizh Abu Hasan Ad-Daruquthni (meninggal tahun 385 H.), pemilik kitab As-Sunan, imam di masanya, ia tidak melihat seorang pun sepertinya, kisahnya bersama imam Al-Baqilani sudah cukup menegaskan bahwa ia mengikuti madzhab Asy’ari. (Baca; Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 255, As-Siyar, XVII/558 di dalam biografi Al-Hafizh Abu Dzar Al-Harawi, Tadzkiratul Huffazh, III/1104).

• Al-Hafizh Hakim An-Naisaburi (meninggal tahun 405 H.), pemilik kitab Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, imam ahli hadits di masanya, ia terlalu terkenal untuk diperkenalkan, ulama menyepakati bahwa ia termasuk salah satu imam paling berilmu yang dengan mereka Allah menjaga agama, Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebutnya dalam tingkatan kedua, artinya ia termasuk pengikut dari murid-murid Imam Al-Asy’ari (Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 227).

• Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Ashbahani (meninggal tahun 430 H.), pemilik kitab Hulyatul Awliya`, termasuk tingkatan kedua di antara para pengikut Asy’ari, dengan kata lain ia termasuk dalam tingkatan imam Al-Baqilani, Abu Ishaq Al-Isfirayini, Hakim, dan Ibnu Faurak. Semoga Allah merahmati mereka semua.( Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 246, Ath-Thabaqat Al-Kubra, Tajuddin As-Subki, III/370).

• Al-Imam Al-Hafizh Abu Bakar Al-Baihaqi (meninggal tahun 458 H.), memiliki sejumlah karya tulis yang reputasinya menyebar ke berbagai penjuru dunia, ia juga memiliki buku-buku yang diterima kalangan pendukung maupun penentang.

• Al-Imam Al-Hafizh Khatib Al-Baghdadi (meninggal tahun 463 H.), disebut Al-Hafizh Ibnu Asakir di urutan pertama tingkatan keempat (Tabyin Kadzibil Muftari, hal: 268).

• Imam Haramain Al-Juwaini (meninggal tahun 478 H.), pemilik Nihayatul Mathlab fil Fiqh Asy-Syafi'i dan Al-Waraqat wal Burhan fi Ushulil Fiqh.

• Hujjatul Islam Al-Ghazali (meninggal tahun 505 H.), pemilik Al-Ihya` wal Wasith fil Fiqh.

• Al-Imam Al-Mufassir, Al-Hafizh Abu Muhammad Al-Baghawi (meninggal tahun 516 H.), sosok yang menghidupkan sunnah, pemilik kitab Syarhus Sunnah, dan kitab tafsirnya penuh dengan penjelasan yang menunjukkan akidah ahlussunnah, juga penuh dengan penakwilan sunni untuk nash-nash mutasyabih.

• Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Asakir (meninggal tahun 571 H.), pemilik kitab Tarikh Dimasyq yang menyebutkan peristiwa apa saja.

• Syaikhul Islam Al-Imam Al-Hafizh Abu Amr bin Shalah (meninggal tahun 643 H.), orang pertama yang memimpin para syaikh Darul Hadits Al-Asyrafiyyah yang sebelumnya hanya dipimpin Asy’ari.

• Al-Imam Izzuddin bin Abdussalam (meninggal tahun 660 H.), sultan ulama, penjual para amir, pemilik Al-Qawa’id Ash-Shughra dan Al-Qawa’id Al-Kubra.

• Al-Imam Al-Mufassir Al-Muhaddits Al-Allamah Al-Qurthubi (meninggal tahun 671 H.), pemilik Tafsirul Jami’ li Ahkamil Qur`an, tafsirnya menyebar kemana-mana, dalam tafsirnya ia menyebutkan seluruh madzhab salaf, Ad-Dawudi berkata tentang Al-Qurthubi dalam Ath-Thabaqat, “Tafsir Al-Qurthubi termasuk tafsir paling agung dan paling besar manfaatnya.”

• Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi Muhyiddin (meninggal tahun 676 H.), pemilik karya-karya bermanfaat yang ditakdirkan diterima di bumi, seperti Riyadhush Shalihin, Al-Adzkar, Syarh Shahih Muslim, dan lainnya.

• Al-Imam Al-Hafizh Al-Mufassir Abu Fida` Ismail bin Katsir (meninggal tahun 774 H.), pemilik At-Tafsir Al-Azhim, Al-Bidayah wan Nihayah, dan lainnya, dinukil darinya bahwa ia secara tegas menyatakan dirinya orang Asy’ari, seperti disebutkan dalam Ad-Durar Al-Kaminah (I/58) dan Ad-Daris fi Tarikhil Madaris, An-Nu’aimi (II/89), ditambah lagi ia memimpin para syaikh Darul Hadits Al-Asyrafiyyah yang sebelumnya hanya dipimpin Asy’ari, selain itu di dalam tafsirnya terdapat tanzih, taqdis (Me maha sucikan Allah dari persamaan dengan makhluk), dan bantahan keras terhadap siapa yang menyatakan zhahir ayat-ayat mutasyabih, seperti tertera dalam penafsiran firman Allah, “Lalu ia bersemayam di atas Arsy.” (Tafsir Ibnu Katsir, II/220), dan masih banyak lagi contoh-contoh nyata dan jelas yang menunjukkan bahwa ia termasuk ahlussunnah Asya’irah.

• Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (meninggal tahun 852 H.), Amirul Mukminin di bidang hadits, pemilik Fathul Bary, syarah kitab Shahih Muslim terbesar, pemilik Tahdzibut Tahdzib, Nukhbatul Fikr dan syarahnya, Nuzhatun Nazhar.

• Al-Imam Al-Hafizh Syamsuddin As-Sakhawi (meninggal tahun 902 H.).

• Al-Imam Al-Hafizh Al-Mufassir Jalaluddin As-Suyuthi (meninggal tahun 911 H.), pemilik Ad-Durr Al-Mantsur fit Tafsir bil Ma`tsur dan Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur`an.

• Al-Imam Al-Mufassir Abu Tsana` Syihabuddin Al-Alusi Al-Husaini Al-Hasani (meninggal tahun 1270 H.), penutup para ahli tafsir dan ahli hadits terbaik seperti yang dikatakan syaikh Bahjatul Baithar. Ia juga berkata tentang Al-Alusi (Hulyatul Basyar, III/1450), “Ia salah satu yang terbaik di antara segelintir orang di dunia, menuturkan kebenaran, tidak pernah menyimpang dari kejujuran, berpegang teguh pada sunnah, dan menjauhi fitnah.”

Lalu apa jasa salafi wahabi pada umat ini selain mengkafirkan umat Islam, pengeboman orang yang tak berdosa, membongkar kubur pala Wali, dan mengklaim pemegang otoritas tunggal untuk memasukkan orang kedalam neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar