Di antara
permasalahan yang dipegangteguh kalangan garis keras salafi alias wahabi adalah
menyebut Allah berada di suatu arah dan tempat. Mereka menyebut Allah berada di
atas.
Sikap
keras kepala mereka ini berseberangan dengan memahasucikan Allah seperti yang
seharusnya berdasarkan sejumlah dalil berikut;
Ali bin Abi
Thalib berkata, “Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa tempat, dan Ia berada
dalam kondisi seperti dulu kala.”
Abu Hanifah
berkata, “Aku berkata, ‘Katakan kepadaku jika ada yang bertanya, ‘Dimana
Allah?’ Dijawab, ‘Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya tempat sebelum
Dia menciptakan makhluk. Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya tempat,
sebelum Dia menciptakan ciptaan dan sebelum ada segala sesuatunya. Ia
adalah Pencipta segala sesuatu’.”
Imam
Asy-Syafi'i berkata, “Allah Ta’ala sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya
tempat. Dia kemudian menciptakan tempat dan Dia tetap bersifat azali seperti
sebelum menciptakan tempat. Zat-Nya tidak bisa berubah dan sifat-sifat-Nya tidak
bisa berganti.”
Imam
Ath-Thahawi juga menegaskan dalam Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah melalui
pernyataannya, “Siapa tidak menghindari penafian ataupun penyerupaan Allah
dengan makhluk, ia keliru dalam memahasucikan Allah, karena Rabb kita ‘Azza wa
Jalla disifati dengan sifat-sifat keesaan dimana tidak satu makhluk pun yang
memiliki makna keesaan tersebut.
Allah Maha Suci
dari batasan, tiang, anggota tubuh, peralatan, dan tidak tercakup oleh enam
mata angin seperti anggapan-anggapan bid’ah lainnya.”
Mustahilnya
Allah berada di suatu arah dan tempat dikarenakan para pengikut kebenaran di
antara kaum muslimin beriman bahwa Allah sudah ada sejak dulu kala. Artinya,
mereka menegaskan sifat sudah ada sejak dulu kala bagi Allah. Zat Allah sudah
ada sejak dulu kala. Artinya, tidak ada keterbukaan ataupun prioritas
wujud.
Inilah yang
disarikan dari firman Allah, “Dialah Yang Awal.” (QS. Al-Hadid: 3) Dan sabda
Nabi Saw., “Engkau yang awal, tidak ada sesuatu pun sebelum-Mu.”
Dengan
demikian, sifat sudah ada sejak dulu kala menafikan adanya sesuatu sebelum
keberadaan Allah ataupun adanya sesuatu yang menyertai keberadaan Allah.
Artinya, Allah sudah ada sebelum makhluk-Nya. Oleh karenanya, sifat-sifat Allah
juga sudah ada sejak dulu kala dan tidak berubah seiring penciptaan makhluk.
Menyebut arah
dan tempat artinya mengharuskan Allah tidak bersifat berada di atas dalam
pengertian arah, kecuali setelah Allah menciptakan alam, karena sebelum
menciptakan alam, Allah tidak berada di atas karena tidak adanya wujud yang
berada di bawah.
Dengan
demikian, atas dalam pengertian arah atau ketinggian dalam pengertian tempat
adalah sifat baru yang muncul dari makhluk, sehingga sifat ini tidak layak bagi
Allah.
Mengklaim bahwa
Allah di atas padahal kita berada bumi yang bulat, atas menurut orang Asia,
tidak sama dengan yang disebut atas oleh Eropa dan begitu seterusnya. Untuk
mempertahankan pemahaman yang rancu ini, sebagian syekh-syekh salafi
mengkafirkan orang yang berkeyakinan bahwa bumi itu bulat.
Mereka
mengklaim bahwa bumi ini datar seperti lapangan bola, artinya jika kita
berjalan lurus ke satu arah maka kita bisa mentok ke akhirat atau ke mana?
Dinukil dari
beberapa sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar