Selasa, 20 Oktober 2015

KUPAS TUNTAS AGAR TIDAK TERTIPU OLEH FAHAMAN SESAT MENYEBUT ALLAH BERADA DI SUATU TEMPAT Bagian (1) (M.A.V~313)



Di antara permasalahan yang dipegangteguh kalangan garis keras salafi alias wahabi adalah menyebut Allah berada di suatu arah dan tempat. Mereka menyebut Allah berada di atas.
 Sikap keras kepala mereka ini berseberangan dengan memahasucikan Allah seperti yang seharusnya berdasarkan sejumlah dalil berikut;

Ali bin Abi Thalib berkata, “Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa tempat, dan Ia berada dalam kondisi seperti dulu kala.”
Abu Hanifah berkata, “Aku berkata, ‘Katakan kepadaku jika ada yang bertanya, ‘Dimana Allah?’ Dijawab, ‘Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya tempat sebelum Dia menciptakan makhluk. Allah sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya tempat, sebelum Dia menciptakan  ciptaan dan sebelum ada segala sesuatunya. Ia adalah Pencipta segala sesuatu’.” 

Imam Asy-Syafi'i berkata, “Allah Ta’ala sudah ada sejak dulu kala tanpa adanya tempat. Dia kemudian menciptakan tempat dan Dia tetap bersifat azali seperti sebelum menciptakan tempat. Zat-Nya tidak bisa berubah dan sifat-sifat-Nya tidak bisa berganti.”

Imam Ath-Thahawi juga menegaskan dalam Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah melalui pernyataannya, “Siapa tidak menghindari penafian ataupun penyerupaan Allah dengan makhluk, ia keliru dalam memahasucikan Allah, karena Rabb kita ‘Azza wa Jalla disifati dengan sifat-sifat keesaan dimana tidak satu makhluk pun yang memiliki makna keesaan tersebut. 
Allah Maha Suci dari batasan, tiang, anggota tubuh, peralatan, dan tidak tercakup oleh enam mata angin seperti anggapan-anggapan bid’ah lainnya.”

Mustahilnya Allah berada di suatu arah dan tempat dikarenakan para pengikut kebenaran di antara kaum muslimin beriman bahwa Allah sudah ada sejak dulu kala. Artinya, mereka menegaskan sifat sudah ada sejak dulu kala bagi Allah. Zat Allah sudah ada sejak dulu kala. Artinya, tidak ada keterbukaan ataupun prioritas wujud. 

Inilah yang disarikan dari firman Allah, “Dialah Yang Awal.” (QS. Al-Hadid: 3) Dan sabda Nabi Saw., “Engkau yang awal, tidak ada sesuatu pun sebelum-Mu.”
Dengan demikian, sifat sudah ada sejak dulu kala menafikan adanya sesuatu sebelum keberadaan Allah ataupun adanya sesuatu yang menyertai keberadaan Allah. Artinya, Allah sudah ada sebelum makhluk-Nya. Oleh karenanya, sifat-sifat Allah juga sudah ada sejak dulu kala dan tidak berubah seiring penciptaan makhluk.

Menyebut arah dan tempat artinya mengharuskan Allah tidak bersifat berada di atas dalam pengertian arah, kecuali setelah Allah menciptakan alam, karena sebelum menciptakan alam, Allah tidak berada di atas karena tidak adanya wujud yang berada di bawah. 

Dengan demikian, atas dalam pengertian arah atau ketinggian dalam pengertian tempat adalah sifat baru yang muncul dari makhluk, sehingga sifat ini tidak layak bagi Allah.

Mengklaim bahwa Allah di atas padahal kita berada bumi yang bulat, atas menurut orang Asia, tidak sama dengan yang disebut atas oleh Eropa dan begitu seterusnya. Untuk mempertahankan pemahaman yang rancu ini, sebagian syekh-syekh salafi mengkafirkan orang yang berkeyakinan bahwa bumi itu bulat.

Mereka mengklaim bahwa bumi ini datar seperti lapangan bola, artinya jika kita berjalan lurus ke satu arah maka kita bisa mentok ke akhirat atau ke mana?

Dinukil dari beberapa sumber.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar