Al-Bukhari; diriwayatkan dari Umran bin
Hushain ra., ia berkata,
جَاءَتْ بَنُو تَمِيمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبْشِرُوا يَا بَنِي تَمِيمٍ قَالُوا
أَمَّا إِذْ بَشَّرْتَنَا فَأَعْطِنَا فَتَغَيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى إِذْ لَمْ
يَقْبَلْهَا بَنُو تَمِيمٍ قَالُوا قَدْ قَبِلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Bani Tamim mendatangi Rasulullah SAW. kemudian beliau bersabda,
‘Bergembiralah wahai Bani Tamim.’ Mereka bilang, ‘Kalau engkau memberi kami
berita gembira, maka berilah kami (harta).’ Wajah Rasulullah SAW. berubah
(karena marah), kemudian beberapa orang Yaman datang lalu nabi SAW. bersabda,
‘Terimalah berita gembira jika Bani Tamim tidak mau menerimanya.’ Bani Tamim
kemudian berkata, ‘Kami terima, wahai Rasulullah’.”
Abu
Musa Al-Asy’ari adalah orang Yaman. Al-Bukhari memberi judul hadits di atas
sebagai berikut; bab: kedatangan orang-orang Asy’ari dan penduduk Yaman. Abu
Musa meriwayatkan dari nabi SAW. bersabda, beliau bersabda, “Mereka golonganku,
dan aku juga berasal dari mereka.”
Allah
SWT. berfirman,
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ
“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 54)
Nabi
SAW. bersabda, “Mereka adalah kaum orang ini.” beliau menepukkan tangan ke dada
Abu Musa Al-As’yari ra.
Syaikhul
Islam Imam Tajuddin As-Subki rhu. menjelaskan, Al-Hafidz Ibnu Asakir dalam
At-Tabyîn menyebutkan hadits-hadits terkait hal ini. Singkat katanya sebagai
berikut; ulama kita menjelaskan, Nabi SAW. memberikan isyarat berita gembira
untuk Abu Hasan Al-Asy’ari, seperti halnya Nabi SAW memberi berita gembira
berupa isyarat untuk Abu Abdullah Asy-Syafi'i rhu. dalam hadits, “Seorang ahlul
ilmi dari Quraisy memenuhi seluruh penjuru bumi dengan ilmu.” Berita gembira
untuk Malik dalam hadits,
يُوشِكُ أَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ أَكْبَادَ
الْإِبِلِ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَلَا يَجِدُونَ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ
الْمَدِينَةِ
“Sudah hampir tiba masanya, orang-orang menunggangi unta (untuk mencari
ilmu), mereka tidak menemukan seorang alim pun yang lebih pandai melebihi
seorang alim dari Madinah.”
Di
antara para hafidz dan ahli hadits yang setuju dan sependapat dengan takwil di
atas –maksudnya takwil terkait Imam Asy’ari- adalah Al-Hafidz Abu Bakar
Al-Baihaqi seperti yang disampaikan oleh Yahya bin Fadhl Al-Umari dalam
bukunya; diriwayatkan dari Makki dan Allam, Al-Hafidz Abu Qasim Ad-Dimasyqi
mengabarkan kepada kami, Syaikh Abu Abdullah Muhammad bin Fadhl Al-Farawi
mengabarkan kepada kami, Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali Al-Baihaqi
mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Sebagian imam kalangan pengikut Asy’ari
menyebutkan matan hadits di atas kepadaku seperti yang disampaikan oleh Abu
Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Hafidz, Abu Abbas bin Ya’qub mengabarkan kepada
kami, Ibrahim bin Marzuq bercerita kepada kami, Wahb bin Jarir dan Abu Amir
Al-Aqadi bercerita kepada kami, keduanya berkata, “Saat turun ayat ini
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ
‘Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 54)
Nabi
SAW. berisyarat menunjuk ke arah Abu Musa, beliau bersabda, “Mereka adalah kaum
orang ini.”
Al-Baihaqi
menjelaskan, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari memiliki keutamaan dan tingkatan mulia,
karena beliau berasal dari kaum Abu Musa Al-Asy’ari dan keturunannya yang
diberi ilmu dan pemahaman, mereka diberi keistimewaan memperkuat sunnah dan
menghancurkan bid’ah dengan memperlihatkan hujah dan menampik syubhat.
Tepat jika Rasulullah SAW. mengisyaratkan kaum
Abu Musa sebagai kaum yang dicintai Allah SWT. dan mereka juga cinta Allah SWT.
karena Nabi SAW. tahu kebenaran agama dan keyakinannya yang kuat. Karena itu,
siapapun yang mengikuti mereka dalam ilmu ushul, menafikan syubhat, berpijak
pada kitab Allah SWT. dan sunnah Rasulullah SAW., ia termasuk dalam golongan
mereka. Demikian penjelasan Al-Baihaqi.
Imam
Tajuddin As-Subki," Kemungkinan Rasulullah SAW menepuk dada Abu Musa
Al-Asy’ari dalam kisah hadits di atas adalah sebagai isyarat kabar gembira
untuk keturunannya yang kesembilan, yaitu Syaikh Abu Hasan.
Semoga kita selalu masuk dalam golongan
pengikut para Imam yang telah di isyaratkan oleh Rasulullah SAW, bukan yg
datang dari kota dimana Nabi SAW tidak mau mendoakan-nya, daerah sumber fitnah
dan pabrik tanduk setan yg bernama Najed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar