Ketika Amirul Mukminin Umar bin Al-Khatthab RA
akan meninggal dunia, ia berkata kepada putranya Abdullah, “Pergilah datangi
Ummul Mukminin Aisyah RA, lalu katakanlah kepadanya, ‘Umar menyampaikan salam
kepadamu’ dan jangan kau katakan Amirul Mukminin, sebab aku pada hari ini bukan
lagi Amirul Mukminin.
Katakanlah kepadanya, ‘Umar bin Al-Khatthab
meminta izin dikuburkan bersama kedua sahabatnya.’” Lalu Abdullah mendatangi
Aisyah dan meminta izin menemuinya sambil mengucap salam. Kemudian Abdullah
masuk menemui Aisyah, sementara saat itu Aisyah sedang menangis. Lalu Abdullah
berkata, “Umar menyampaikan salam kepadamu dan meminta izin dikuburkan bersama
kedua sahabatnya.”
Maka Aisyah menjawab, “Tadinya aku
menginginkannya untuk diriku. Tapi hari ini aku lebih mendahulukannya (Umar)
dari diriku.” Saat kembali, ada yang mengatakan kepada Umar, “Ini Abdullah
telah datang.” Lantas Umar berkata, “Angkatlah aku.” Lalu seorang lelaki
menyandarkannya kepadanya (Abdullah). Setelah itu Umar berkata, “Apa yang kau
bawa?.” Abdullah menjawab, “Yang kau inginkan hai Amirul Mukminin, kau
diizinkan.”
Lalu
Umar berkata, “Al-Hamdulillah, tak ada sesuatu yang paling penting bagiku
selain dari itu. Jika aku telah meninggal dunia, maka bawalah aku ke sana.
Kemudian ucapkanlah salam dan katakan Umar meminta izin. Jika dia (Aisyah)
mengizinkanku, maka bawalah aku masuk. Jika dia menolakku, maka bawalah aku ke
perkuburan kaum muslimin.”
HR Bukhari (1392)
Sayyida Umar melakun hal ini untuk mengais
berkah dari Rasulullah SAW padahal beliau telah wafat. Ini bertentangan dengan
pernyataan orang yg mengatakan bahwa orang mati tidak ada manfaat.
Imam Syafi'i RA berkata," Sungguh aku
mengambil berkah dari Abi Hanifah, aku mendatangi kuburannya setiap hari, jika
aku mempunyai hajat maka aku shalat dua rakaat, lalu aku meminta pada Allah
agar dikabulkan hajatku di kuburannya, maka tak lama dari itu Allah mengabulkan
hajatku.
Tarikh Baghdad karya Imam al-Hafidh
al-Baghdadi 1/123.
Al-Hasan bin Ibrahim al-Khallal salah seorang
imam Madzhab Hanbali berkata," Tak pernah aku menginginkan sesuatu lalu
aku mendatangi makam Musa al-Kadhim lalu aku bertawasul padanya, kecuali Allah
telah permudah segala keinginanku.
Lihat Tarikh Baghdad (1/120)
Ibnu Jauzi dalam kitab al-Hishn al-hashin
berkata," Telah aku coba betapa doa itu mustajab di kuburan orang2 shalih.
Asy-Syaukani juga menyetujui dalam kitab
Tuhfatudz dzakirin, hal 46.
Adz-dzahabi dalam kitab siyar a'lam annubala
9/34 menjelaskan tentang keberkahan kuburan Ma'ruf al-Karkhi.
Jika para sahabat dan muhadditsin melakukan
hal itu, dan mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, mengapa
masih banyak orang bodoh yang menganggap pencari berkah sebagai penyembah
kubur?
Padahal jauh lebih bijak jika mereka bisa
menghargai pendapat para ulama yang karyanya dipakai oleh muslimin di seluruh
dunia. Cobalah menghargai para hafidh yang sudah meghafal 100.000 hadits
sekalipun mereka tidak bergelar LC dan tidak mudah mengkafirkan orang lain.
KHUTBAH DAN WASIAT NABI SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar