Imam Husain RA berkata kepada saudarinya,
Zainab di Karbala, seperti yang dinukil pemilik Muntaha Al-Âmâl dengan bahasa
Persia kemudian diterjemahkan ke bahasa Arab,
“Saudariku, aku bersumpah atas nama Allah
padamu, jagalah sumpahku ini; saat aku terbunuh nanti, jangan merobek kerah,
jangan mencakar wajah dengan jari-jarimu, jangan menyebut-nyebut celaka dan
binasa atas kematian syahidku.”
Abu Ja’far Al-Qumi meriwayatkan, Amirul
Mukminin Ali ra. berkata seraya mengajarkan kepada pengikutnya,
“Jangan mengenakan pakaian hitam, karena itu
adalah pakaian Fir’aun.”
(Padahal hitam pakaian kebanggaan syiah)
Disebutkan dalam Furû’ Al-Kâfi karya
Al-Kulaini, Nabi SAW berwasiat kepada Fathimah ra., “Saat aku meninggal nanti,
jangan mencakar wajah, jangan kau geraikan satu helai rambut pun padaku, jangan
menyebut-nyebut celaka, dan jangan membiarkan satu wanita pun meratapiku’.”
Salah seorang tokoh Syi’ah, Muhammad bin
Husain bin Babawaih Al-Qummi yang mereka juluki ash-Shaduq, berkata, “Di antara
sabda Rasulullah SAW yang tiada terkira adalah, ‘Meratap adalah perbuatan
jahiliyah.”
Seperti yang juga diriwayatkan oleh ulama
Syi’ah; Al-Majlisi, An-Nuri dan Al-Barujardi dari SAW, beliau bersabda, “Dua
suara yang dilaknat dan dibenci Allah; teriakan saat tertimpa musibah dan
nyanyian saat mendapat nikmat.”
Pertanyaan yang perlu disampaikan setelah
mengetahui semua riwayat di atas;
Kenapa Syi’ah menyalahi kebenaran yang di
sebutkan di sana?
Siapa
gerangan yang mereka percaya; Rasulullah dan ahlul bait,
ataukah para Mullah?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar