Ya Allah saksikanlah bahwa kami mencintai
sepenuhnya sunnah Rasulullah saw, baik sunnah qauliyah, fi’liyah, maupun
iqrariyah, baik yang bersifat ibadah maupun adat.
Kami
menyucikan, memuliakan, dan mengimani semua sunnah di dalam akal dan hati kami
seperti yang selayaknya, dan kami berharap semoga menjadi salah satu di antara
ahlussunnah yang terbaik.
Saudara-saudara seiman hendaklah percaya bahwa
di Indonesia ada mata-mata yang terbuka,
akal-akal nan hangat, dan pemikiran-pemikiran mendalam hanya bekerja demi mengharap wajah Allah dan
negeri akhirat. Selama di tengah-tengah kalangan Asya'irah masih ada urat nadi
yang berdenyut, ia tidak akan membiarkan orang bayaran salafi palsu, rahmatan
lilalamin palsu, pencinta ahlul bait palsu dan pakar palsu untuk mengusik kaum
muslimin.
Kami tidak akan goyah pada keyakinan kami
sekalipun Al-Bani, Ayatullah dan Prof Doktor ahli apapun meragukan kebenaran
sabda suci yg sdh di shahih kan oleh para ulama pendahulu kami.
Tanggapan Atas Pendapat Imam Besar(mulut)
Bahwa Kedua Orang Tua Nabi SAW Di Neraka....
Ibnu Asakir meriwayatkan dalam tarikh-nya,
salah seorang ahli kitab Syam dipercaya memegang salah satu jabatan Bani
Umaiyah, ia menunjuk seseorang untuk mengurus kawasan Mananiah, hal itu
terdengar oleh Umar bin Abdul Aziz, Umar bertanya, “Apa yang membuatmu menunjuk
seseorang untuk mengurus salah satu kawasan milik kaum muslimin di Mananiah?”
Ia menjawab, “Semoga Allah memperbaiki Amirul Mukminin dan juga saya, toh ayah
nabi SAW orang musyrik.” Umar pun berkata, “Ah,” setelah itu diam lalu
mengangkat kepala dan berkata, “Akankah aku potong lidah, tangan, kaki dan aku
tebas lehernya?” Umar bin Abdul Aziz melanjutkan, “Jangan menjabat apapun
untukku selama hidupmu.”
Saat
ini tidak sedikit celaan dan hinaan dialamatkan kepada kedua orang tua
Al-Musthafa SAW, seolah-olah hal tersebut menjadi salah satu rukun islam, tanpa
itu islam tidak sempurna, mereka berulang kali menyatakan tentang ayah nabi
Muhammad SAW yang disebut dalam riwayat Muslim dari Anas, ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, ayah saya di mana?’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Di neraka.’ Saat orang itu pergi Rasulullah SAW memanggil
kemudian bersabda, ‘Sungguh ayahku dan ayahmu berada di neraka’.”
As-Suyuthi
menjelaskan, redaksi hadits “Sungguh ayahku dan ayahmu berada di neraka,” tidak
disepakati oleh para perawi. Matan tersebut hanya disebut oleh Hammad bin
Salamah dari Tsabit dari Anas. Inilah sanad hadits riwayat Muslim.
Doa-doa Ibrahim untuk keturunannya dari
Ismail,
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ
ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat
tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 28) Ini menunjukkan di antara keturunan Ibrahim
masih ada yang bertahan di atas iman. Anak-anak Ismail adalah silsilah keturunan
mulia yang terpilih, cahaya kenabian beralih dari satu orang ke yang lain.
Dengan demikian mereka laik sebagai bagian dari keturunan Ibrahim yang disebut
dalam doanya di atas.
Abu Hasan Al-Mawardi menjelaskan dalam bukunya
A’lam An-Nubuwwah, Allah SWT menciptakan rasul-Nya SAW dari pernikahan terbaik,
menjaganya dari kotoran perzinahan, mengalihkan dari tulang-tulang punggung
suci ke rahim-rahim suci pula. Ibnu Abbas menafsirkan firman Allah SWT,
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ ~ وَتَقَلُّبَكَ
فِي السَّاجِدِينَ
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat
pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS.
Asy-Syu’ara`: 218-219)
Yaitu
pergerakanmu dalam tulang-tulang punggung suci, dari ayah ke ayah hingga Allah
SWT menjadikanmu seorang nabi. Cahaya kenabian sudah ada di tulang punggung
kakek-kakek nabi SAW, selanjutnya kelahirannya tidak disertai oleh saudara lain
karena pilihan berakhir padanya agar nasabnya yang berujung pada kenabian
khusus untuk beliau SAW dan tidak disertai oleh yang lain.
Penjelasan
di atas menunjukkan silsilah keturunan nabi SAW beriman.
As-Suyuthi
menjelaskan, perlu diketahui beberapa hadits dengan redaksi berbeda namun
intinya sama menjelaskan bahwa ayah dan kakek nenek nabi SAW suci dari kotoran
syirik dan kekafiran, tidak ada di antara mereka yang kafir karena orang kafir
tidak laik disebut manusia terbaik, suci atau bersih, orang kafir disebut
najis. Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا
الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis.” (QS. At-Taubah: 28) Karena itu di antara kakek-kakek nabi SAW tidak ada
yang musyrik. Nabi SAW beralih dari tulang-tulang punggung bersih menuju
rahim-rahim yang suci. Cahaya beliau terus beralih dari ahli shalat ke ahli
shalat lain seperti yang Allah SWT sampaikan,
وتقلبَّك في السَاجدين
Begini kah cara bersyukur umat ini pada nabi
Muhammad SAW?
Menyakiti Rasulullah dgn menuduh ayah
bunda beliau di neraka, mengapa tidak anda pikirkan diri anda
bagaimana keadaan diri sendiri di dlm kubur? bagaimana kelak berjumpa
Rasulullah SAW?
Qadhi Ibnu Arabi Al-Maliki menjelaskan, tidak
ada celaan yang lebih besar dari celaan orang yang menyatakan kedua orang tua
nabi SAW berada di neraka. Allah SWT berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ
وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan
melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang
menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57)
Untuk lebih jelas baca buku AYAH BUNDA NABI DI
SURGA.
Tanggapan Atas Pendapat Imam Besar(mulut)
Bahwa Kedua Orang Tua Nabi SAW Di Neraka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar